Sekitar 50 siswa SD di pedalaman Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel) harus bertaruh nyawa untuk berangkat sekolah. Sudah menjadi kebiasaan bagi para siswa berangkat bersama-sama agar bisa saling menjaga jika terjadi ancaman hewan buas di perjalanan.
Para siswa itu merupakan penduduk Dusun Buttu Batu, Desa Kariango, Kecamatan Lembang, Pinrang. Setiap harinya mereka harus menempuh jarak 4 kilometer ke sekolah.
“Jadi mereka itu saling tunggu kodong (saling menunggu kasihan) itu kalau pagi mau berangkat ke sekolah. Demi keamanan bersama sebab mereka kadang temui hewan liar saat menuju ke sekolah,” ungkap Kades Kariango Muhammad Jafar saat dikonfirmasi detikSulsel, Sabtu (18/6/2022).
Jafar mengatakan lokasi desanya yang terpencil belum bisa diakses kendaraan roda empat. Desa Kariango hanya bisa dilalui sepeda motor yang mana masih jarang warga yang mampu membelinya.
“Dan karena kondisi ekonomi masyarakat, sebagian besar tidak punya motor sehingga anak-anak ini hanya jalan kaki ke sekolah,” jelasnya.
Tak hanya sekadar jalan kaki, tantangan lainnya adalah jarak SDN 150 Pinrang yang jauh. Untuk menempuh jarak 4 kilometer para siswa setidaknya harus berjalan kaki 2 jam lamanya dan mereka wajib berangkat lebih awal jika tidak ingin terlambat.
“2 jam perjalanan untuk 4 km karena jalanan memang kurang bagus. Jadi kalau ke sekolah turunan terjal sekali, dan saat kembali itu mendaki tinggi sekali,” bebernya.
Kemudian tantangan berikutnya adalah para siswa harus melalui jalanan yang di samping kiri dan kanan masih hutan lebat.
“Itu mi mereka saling tunggu karena mereka biasa temui babi atau ular saat di jalan. Alhamdulillah belum ada yang sampai terluka dan semoga saja tidak ada,” urainya.
Sebenarnya ada solusi agar anak-anak ini tidak harus bertaruh nyawa demi menggapai cita-cita. Ada sekolah jarak jauh di dusun mereka, hanya saja kelas jauh tersebut sudah tujuh tahun vakum.
Leave feedback about this